Selasa, 20 Desember 2011

Rahasia di balik kuasa Allah


            Hari ini, kami sekeluarga berbahagia. Karena ibu kami telah melahirkan bayi mungil yang kelak akan menjadi adik bungsuku. Namun, beberapa menit kemudian setelah melahirkan adikku. Ibuku mengalami pendarahan hebat hingga tak bisa tertolong lagi nyawanya. Kabar yang semula bahagia ini, kini berubah menjadi isakan tangis memilukan. Ibu telah meninggal dunia. Meninggalkan ayah, aku dan kedua adikku.
Kami menangis sejadi-jadinya. Pikirku, tak apa bila ibu meninggalkanku. Tapi, bagaimana dengan kedua adikku yang masih kecil-kecil. Apalagi, satu adikku baru saja terlahir dengan harapan besar. Pastinya, ia lah yang paling membutuhkan kasih sayang ibuku saat ini.
Lalu, semeninggalnya ibuku. Ayah, aku dan adikku yang masih duduk di sekolah dasar kelas 3 ini, saling bahu membahu mengurus rumah dan adik bayi kami.
Setiap pagi, ayah berangkat kerja berbarengan dengan adikku yang di sekolah dasar. Sementara aku, merapihkan rumah dan mengasuh adikku yang masih bayi. Siang harinya, setelah adikku pulang sekolah, kini giliranku yang berangkat sekolah. Untunglah sekolah kami tak jauh dari rumah, sehingga kami tak pernah telat ke sekolah. Namun, sebelum aku berangkat sekolah, aku selalu menyiapkan makan siang untuk adikku. Aku pun tak lupa mengajarkan adikku untuk membuat susu untuk adik bayi kami.
Sebenarnya, aku tak tega meninggalkan adik-adikku di rumah. Tapi, apa boleh buat. Kami tak punya saudara dekat yang bisa membantu pekerjaan kami, terlebih lagi kami hanya orang biasa yang tak mampu membayar pembantu.
Setiap hari, aku selalu di liputi rasa khawatir bila aku meninggalkan mereka untuk ke sekolah. Tapi, apabila sudah pukul 16.00. rasa khawatirku berkurang. Karrena biasanya ayah sudah pulang kerja dan adik-adikku tak sendirian lagi.
Setiap malam, ayah yang menjaga adik bayi kami. Suatu malam, adik kami menangis meminta susu. Lalu ayahku terbangun dan langsung membuatkan susu. Biasanya, kalau ayah membuat susu di tengah malam, aku selalu bangun untuk memnjaga adik bayi. Tapi, malam itu aku sangat mengantuk. Jadi ku biarkan saja adikku sendirian di kamar ayah.
Usai membuatkan susu untuk adik. Ayah langsung masuk ke kamar. Kemudian aku mendengar teriakkan ayah yang terdengar sangat kaget. “Astaghfirullahaladzim!!”
Mendengar teriakkan ayah, aku dan adikku lantas bangun dan menghampiri ayah. Setelah ku tanya. “ada apa, yah?”
Lalu ayah menjawab. “ga ada apa-apa, sayang.” Katanya menenangkan kami. “kalian tidur lagi ya!” ujar ayahku penuh cinta.
**
Suatu hari, aku tak sempat membuatkan makanan untuk adikku. Lalu, aku lupa memberitahukannya bahwa hari ini aku tak membuatkan makanan untuknya.
Setibanya di sekolah aku baru mengingatnya. “ya Allah. Aku lupa memberitahunya. Bagaimana ini? pasti dia lapar..” kataku dengan hati miris. Sepanjang hari, selama aku masih di sekolah, aku selalu memikirkan ke adaan adikku. Tapi, setelah pukul empat sore, perasaan cemasku hilang. Karena biasanya, ayahku sudah pulang. dan pasti ayah akan membelikan mereka makanan.
**
Gunjang-ganjing, gosip yang beredar semenjak mamaku meninggal. Banyak orang yang bilang, arwah mamaku menjadi gentayangan dan menyerupai kuntilanak yang kerap kali terbang dari pohon ke pohon dan berakhir di pohon depan rumah kami. Kemudian, menangis sedu dan terkadang tertawa cekikikkan. Sehingga, masyarakat di daerah rumah kami tak berani keluar rumah setelah usai adzan maghrib berkumandang. Apalagi, bila harus melewati rumah kami.
Tapi, kami tak lantas mempercayai mereka begitu saja. Mana mungkin, orang yang sudah meninggal bisa menjadi setan? Bukankah, sudah jelas perbedaan antara manusia dan setan?!
Sebenarnya, saat mereka membicarakan mamaku yang berubah menjadi kuntilanak. Aku sangat ingin menampar wajah orang tersebut. Tapi, aku tak boleh terbawa emosi. Aku harus buktikan, bahwa mamaku bukan kuntilanak, seperti yang di bicarakan banyak orang.
Pagi ini, aku sedang sibuk mengerjakan pekerjaan rumah. Kebetulan adikku menangis. Namun, ku biarkan ia sejenak karena aku merasa tanggung dengan pekeerjaanku. Tak lama kemudian, adikku berhenti menangis. Biasanya, aku tak lantas melihat keadaan adikku. Tapi, kali ini aku ingin tahu apa yang menyebabkan ia berhenti menangis. Mungkin dia sedang bermain. Pikirku dalam hati.
Setelah ku lihat. “Astaghfirullah!!” gumamku. Jantungku berpacu kencang, lututku menjadi lemas, sekujur tubuhku gemetar. Aku inginn menangis, tapi tak kuasa. Benarkah yang kulihat ini? “mama?” panggilku lirih. Tapi ia tak menoleh ke arahku. Aku benar-benar ingin memeluknya karena terlalu merindukannya. Tapi, kakiku tak sanggup melangkah. Beberapa saat kemudian, mamaku menaruh adik bayiku di kasurnya lagi. Lalu pergi lewat jendela kamar dan menghilang entah kemana.
Setelah mamaku pergi, aku baru bisa menggerakkan tubuhku dan menghampiri adikku. Lantas ku peluk ia dan ku ciumi. “sayang.. apa selama ini, mama yang selalu jaga kamu?” kataku dengan air mata berlinang. “.maafin kakak ya..” ujarku tak kuasa menahan isak tangis. “terima kasih, mah.” Kataku lagi dengan nada lara.
Setelah kejadian tadi pagi. Malam harinya. Aku menceritakan kejadian yang ku alami pada ayah dan adikku.
Lalu ayah tersenyum sebelum berkata. “sayang, sebenarnya. Waktu malam itu, ketika ayah berteriak dan membuat kalian terbangun. Ayah melihat mama kalian sedang menyusui adik kalian. Dan hal itu terjadi setiap malam.” Cerita ayah. “kalian jangan takut ya. Mungkin, mama kalian merasa masih punya tanggung jawab yang harus di selesaikan dan mama kalian meminta ijin pada Allah untuk bisa melaksanakannya. Itu juga pertanda bahwa mama sayang kita semua.” Kata ayah membuat kami tenang.
Lalu adikku berkata. “aku juga sering liat mama, kalau aku dirumah Cuma berdua aja sama adik. Kadang-kadang, mama juga masakin buat kita kalau kakak ga masak”
Lalu aku dan ayah tercengang. “berarti, makanan-makanan itu mama yang buat?”
“iya.” Jawab adikku pasti.
Lalu aku bertanya pada ayah. “ayah, apa bener kalau orang meninggal karena melahirkan akan menjadi kuntilanak?”
Ayah menghela nafas panjang sebelum menjawab. “ga ada manusia yang setelah meninggal dunia menjadi setan. Apalagi, orang yang meninggal sehabis melahirkan, mereka termasuk orang-orang yang mati syahid atau mati dalam ke adaan di jalan Allah. Mereka itu, telah memiliki tempat khusus di sisi Allah. Dan kalau ada kuntilanak yang mirip dengan orang yang meninggal sehabis melahirkan, itu hanyalah setan yang menyerupainya.”
Mendengar penjelasan ayah, aku dan adikku jadi mengerti. Mulai sekarang, keluarga kami jadi terbiasa dengan ke hadiran mama kami. Meski sudah lain alam, tapi ia tetap mempedulikan kami.
“ya Allah, jadikanlah mama kami, termasuk golongan orang yang mendapat syafaat Rasul mu.” Doa ku.
“Amiiinnnn” sahut ayah dan adikku mengaminkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar