Selasa, 20 Desember 2011

Kesempatan ke dua


 
Awalnya, ku pikir suatu hubungan itu hanya cukup di jalani dengan cinta saja. Tapi setelah di jalani, ternyata semua itu butuh kelihaian membaca hati, merayu dan janji-janji manis yang mungkin tak selalu dapat di tepati.
Kedengarannya aneh. Tapi, memang seperti itulah cinta yang bisa membutakan mata dan membuat tuli telinga serta membuat otak tak dapat menerima nalar.
Terkadang, kebohongan yang indah jauh lebih di butuhkan dari pada kejujuran yang mungkin menyakitkan. Entah mengapa, hampir semua insan yang mengalami jatuh cinta sering kali berpikir mengikuti kata nafsunya dari pada akalnya. Sehingga tak jarangn membuat mereka tersemai luka karna cinta.
Cinta itu buta, begitu kata pujangga. Cinta ini menyakitkan, bagi orang yang patah hati. Cinta bagaikan pelangi yang menambah semarak keindahan cakrawala, demikian kata orang yang terlena. Cinta ini membunuhku, begitu kata Demasiv. Cinta takkan pernah salah, kata Gita Gutawa dan Derbi Romeo. Ada apa dengan cinta, tanya Melly Goeslow. Lalu, bagaimana menurut versi kita tentang cinta?
Cinta itu tak dapat di tulis dengan pena dan dilukis dengan kanvas. Cinta seperti angin yang kadang membawa kesejukkan dan kehancuran. Tergantung di belahan jiwa yang mana ia tumbuh.
            Tak ada yang tahu, cinta seperti apa bentuknya. Ia bagaikan gelombang-gelombang yang menghantarkan sinyal ke permukaan hati yang kemudian menyampaikannya ke pikiran dan khayalan. Sehingga dapat menyita perhatian. Bila sinyal terlalu kuat, maka akan dengan mudah di tangkap maksudnya. Namun jika sinyal terkadang ada dan tiada. Maka, akan mengombang-ambingkan pikiran dan merusak khayalan karena ketidak pastian.
Saat mulutmu
Di penuhi oleh kata-kata cinta
Kau belum tentu tahu maknanya
Tapi..
Saat hatimu di penuhi olehnya
Mulutmu akan mulai berbicara
Tanpa kata-kata..
**

Kekasihku seorang gadis yang romantis, tapi suka menangis dan sangat suka buah manggis. Ia terlihat lucu kalau kebelet pipis. Kalau tertawa meringis, kalau senyum sok manis, kalau marah sadis. Penampilan kayak turis yang modis dan jungkies, hobinya bulu tangkis, kalau pergi naik bis, kalau nonton ga pernah beli karcis, maunya yang gratis-gratis. Haha..  
Aku sering membuatkan puisi untuknya. Kali ini, aku mau memberikannya puisi yang indah. Karena ia adalah anugrah terindah yang ku miliki saat ini. Tuhan sudah begitu baik padaku, telah memberikan kesempatan untuk bersamanya. Walau aku tak tahu bisa sampai kapan dengannya. Tapi sebisa mungkin, aku akan membahagiakannya selama ia bersamaku. Agar, kelak ketika ia tak lagi bersamaku ia akan tahu bahwa tak ada pria yang bisa membagiakannya sepertiku. Akan ku usahakan.
Gita cinta mengalun di keremangan lubuk hati
Mengoyak dinding kesendirian berganti dengan anyaman doa kalbu
Menumbangkan dinginnya malam dan menerbitkan
Hangatnya mentari pagi

Hasrat jiwa mengisyaratkan asmara
Tuk harum mewangi dalam setiap hela nafas..
Dalam tatap mata.. dalam tutur kata..
Dalam setiap gerak dan langkah raga..

Tak ku pungkiri..
Di dirimu.. ku temukan pualam kerinduanku
Bertahtakan intan kasih sayang..

(Fallin in Love)

**

“dave” sapa Seli, kekasihku.
“iya, sayang.” Sahutku penuh cinta. Namun saat ku lihat wajahnya, aku measa ada sesuatu yang hilang dari dirinya. Cahaya wajah yang biasanya menyiratkan pesona cinta. Kini, berubah mendung menjadi seraut wajah pilu. “ada apa?” tanyaku penuh perhatian.
Ia hanya menundukkan kepalanya semakin larut.
Aku menggenggam tangannya, menenangkan. Tak lama kemudian, ia mengangkat wajahnya dan tersenyum palsu padaku. Aku makin gelisah dengan sikapnya.
“aku laper..” katanya dengan nada lirih.
Aku tertawa lepas mendengarnya. Kupikir ada masalah serius yang di hadapinya. Ternyata, ia hanya laper dan mungkin sedikit malu mengatakannya padaku. Lalu ku ajak ia ke sebuah tempat makan di pinggir jalan. Selama kami makan, ia tak henti-henti memandangiku setiap saat. Seakan ingin mengatakan sesuatu namun tertahan di bibirnya. Saat ini aku tak menaruh curiga padanya.
Sebenarnya, sudah beberapa hari ini hubunganku dan dia agak menjauh. Entah apa kurangku padanya. Tapi yang jelas, ia sedikit berbeda dari biasanya. Ia sering menolak bila ku ajak pergi dan ia pun mulai tertutup denganku. Padahal, dulu ia selalu berceloteh tentang masalah pribadinya tanpa ku tanya terlebiih dulu. Tapi beberapa hari ini, ia nampak menutup dirinya dariku.
Aku tak mau ambil pusing. Ku biarkan saja ia dengan rahasianya yang tak ingin di ketahui olehku. Aku sadar, tak semua yang di lakukannya harus ku ketahui. Masing-masing kami memiliki privasi, bukan?
Meski di benakku mengundang banyak tanya. Namun kuurungkan demi menjaga hatinya. Aku akan menunggu sampai ia yang bercerita.
“Apa masih ada yang bisa di pertahankan dalam hubungan kita, Dave?” tanyanya. Akhirnya membuka suara.
“maksud kamu?” tanyaku heran.
“aku..” katanya tak di lanjutkan.
“kamu kenapa?” tanyaku makin penasaran.
Ia menghela nafas panjang, sebelum berkata. “aku jenuh, Dave. Dengan hubungan kita.” Akunya.
Aku terbelalak kaget. “bukankah selama ini kita baik-baik aja?” kataku sambil mengingat-ingat.
“iya. Tapi, ga tahu kenapa aku ngerasa hubungan kita biasa aja. Ga ada yang istimewa.”
“memangnya kamu mau hubungan yang seperti apa?” tanyaku.
Ia tak menjawab. Lama kami terdiam tanpa bahasa kalbu yang biasanya menyertai bila kami saling diam.
“sekarang kamu mau apa?” tanyaku dengan nada pelan dan hati-hati.
“hubungan kita sampai di sini aja ya!” pintanya dengan nada yang makin lama makin hilang kepermukaan.
Aku terkejut. Apa salahku, apa dosaku padanya hingga ia memutuskan untuk meninggalkanku. Aku tertegun, terpana, trpaku.
“kamu kenapa?” tanyanya khawatir. Ternyata, ia masih punya rasa khawatir terhadapku. Ku pikir, semuanya sirna begitu saja.
“apa salah aku sama kamu?”
“kamu ga salah apa pun sama aku, Dave.”
“terus kenapa? Ada orang lain selaiin aku?” tundingku.
Lama ia tak menjawab. Lalu ia berkata. “iya..” jawabnya takut.
Aku menghela nafas berat. Tak menyangka semua ini terjadi padaku. Bukankah, semua keinginannya selalu kupenuhi meski kadang telat sedikit. Tapi, kenapa dia tega mengucapkan kata pisah hanya karena orang lain. “apa dia jauh lebih baik dariku?”
“enggak juga.” Jawabnya.
“apa dia lebih ganteng dari aku?”
Ia menatapku dalam-dalam sebelum menjawab. “enggak.”
Aku jadi bingung. Semua yang ku miliki lebih darinya. Lalu ku tanya lagi. “apa dia lebih kaya dari aku?”
Ia menggelengkan kepalanya tanpa berkata.
Lantas apa kelebihannya kalau semuanya milikku. “apa dia..” kata-kataku terputus. Karena dia langsung menyambernya.
“dia ga punya kelebihan apa-apa di banding kamu. Dia ga bisa buat puisi-puisi yang indah seperti yang sering kamu kasih ke aku dan dia juga ga bisa ngajak aku jalan-jalan ke taman hiburan yang mahal juga ga bisa kasih aku barang-barang mewah.  Tapi dia punya sesuatu yang bisa bikin aku jatuh cinta sama dia.”
“apa?”
“Iman.”
“iman?”
Ia menganggukkan kepalanya, mengiyakan. “bersama dia, aku jadi ngerti apa tujuan hidup aku. dia juga selalu kasih tahu aku tentang artinya hidup. Berbeda saat aku bersama kamu. Aku selalu merasa senang dan ga kekurangan. Aku ga perlu berusaha keras untuk mendapatkan apa yang aku inginkan karena kamu selalu memenuhinya dengan senang. Tapi setelah aku tahu, bahwa apa yang kita miliki sekarang dan dari mana asalnya serta untuk apa di gunakan. Semua itu, akan di mintai pertanggung jawaban, sejak itulah aku takut dengan semua kelakuan aku selama ini yang selalu kamu manjakan. Aku benar-benar minta maaf karena udah nyusahin kamu dengan permintaan-permintaan aku..”
“karena itu, kamu jatuh cinta sama dia?” tanya ku memastikan.
“iya. Dan bukan Cuma itu. Ia juga selalu memberitahuku tentang kehidupan di akhirat. Kemudian, hal itu bisa membuka mata hati aku yang selama ini selalu di tutupi oleh maksiat.”
Mendengar ucapannya. Aku tak bisa menghalangi lagi niatnya untuk memutuskanku. Aku sadar, di diriku banyak kekurangan. Tak seharusnya aku bersikap sombong dengan semua yang kumiliki ini. karena semuanya, cepat atau lambat akan di ambil dari tanganku baik secara paksa maupun sukarela. Akhirnya aku merelakannya, karena aku mencintainya bahkan sangat mencintainya. Aku rela karena aku ingin dia bahagia dunia dann akhirat. Mungkin, bila ia bersamaku, ia takkan mendapatkan keduanya karena aku tak bisa membimbingnya. Semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuknya, meski bukan yang terbaik untukku.
**

Sebulan sudah terhitung sejak kami memutuskan berpisah. Tiba-tiba aku bertemu lagi dengan Seli di sebuah toko buku favoritku dan dia.
“hai, Sel. Apa kabar?” sapaku masih tetap hangat.
Ia terlihat kikuk. Lalu mennjawab. “baik, Dave.”
Singkat cerita, aku dan dia duduk berhadapan di sebuah cafe yang berada di mall yang sama, tempat kami ke toko buku tadi.
“gimana kabar pacar kamu?” tanyaku sekedar ingin tahu.
“pacar?” tanyanya terkejut.
“iya. Cowok yang waktu itu kamu ceritain ke aku yang bikin kita putus.” Ledekku.
Ia berpikir sejenak. Lalu menjawab. “aku ga pacaran sama dia.” Akunya, dengan perasaan malu padaku.
Aku kaget mendengarnya. Kalau demikian, berarti kami putus sia-sia. “kenapa? Bukannya kamu cinta dia?” tanyaku sambil mengenang perkataannya sebulan lalu.
“iya. Tapi, ternyata dia udah punya istri.” Jawabnya, pilu.
Aku terbelalak. Lalu timbul lagi hasrat untuk memilikinya. Setelah lama kami  berdiam diri. Akhirnya aku memberanikan diri berkata. “kamu mau ga nikah sama aku?”
Seli terkejut bukan main. Ia tak menyangka aku akan menembaknya lagi, walau dalam versi berbeda. Ia tak lantas menjawab.
Aku menunggunya sampai beberapa menit. Lalu ia berkata. “aku ga bisa..”
Aku lemas mendengarnya. Dua kali sudah aku merasa gagal. Tapi kali ini, aku tak mau mendengarkan alasannya. Aku takut, akan menyakitkan lagi.
“aku ga bisa nolak, maksudnya.” Lanjutnya.
Aku terpana. Aku benar-benar tak menyangka akan di terima lagi. Terima kasih Tuhan karena telah memberikan kesempatan ini lagi padaku. Aku janji, aku akan memberikan yang terbaik sesuai yang Kau kehendaki. Aku akan menjaganya hingga tubuh kami menjadi renta dan akhirnya kembali padaMu. Aku akan memberinya makan dan pakaian dengan uang yang halal dan dari hasil kerja kerasku. Aku akan memenuhi haknya sebagaimana ia memenuhi hakku. Aku akan berhias untuknya seperti ia telah berhias untukku.
Ya Tuhan. Jadikanlah, ikatan ini sebagai tanda kasih kami kepadaMu. Serta jadikanlah kami pasangan yang saling mengerti di kala susah dan berbagi saat senang. Serta, jadikanlah pandangan kami hanya tertuju pada jalan yang Kau ridhoi. Juga, jadikanlah setiap genggaman tangan kami sebagai tanda runtuhnya setiap dosa kami. Amin.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar